Rujak Thai Pu Ji
Masuk ke dalamnya hanya terdapat empat meja panjang. Jika sedang ramai pengunjung maka seseorang harus rela antre untuk menunggu giliran duduk dan makan rujak di sana. Alternatif lainnya adalah dengan memesannya untuk dibawa pulang.Namun, penampilan warung memang tidak bisa disandingkan dengan rasa rujak yang terbilang legendaris tersebut. Rujak Thai Phui Ji sudah berdiri selama 27 tahun.Penamaan Thai Phui Ji sebenarnya panggilan akrab dari kawan-kawan A Kian yang memiliki arti 'Aci Gendut'. Tidak heran, julukan itu karena bentuk badan A Kian yang lumayan besar."Nama itu panggilan saya sebenarnya artinya Aci Gendut. Kalau nama asli saya ya A Kian," ujarnya seraya tertawa.Perempuan usia 60 tahun itu memang tidak fasih Berbahasa Indonesia. Sehari-hari dia selalu menggunakan Bahasa Hakka dengan keluarga dan masyarakat sekitar. Bahasa Hakka merupakan bagian dari bahasa China.
Bukan hal yang aneh jika mendengar masyarakat Singkawang yang berbicara dalam Bahasa China. Sebanyak 62 persen masyarakat Singkawang memang berkomunikasi dengan bahasa tersebut, bahkan generasi tua hampir kebanyakan tidak bisa Bahasa Indonesia.Kelebihan rujak yang dibuat A Kian terdapat pada kacang dan ebi yang digunakan dalam bumbu sausnya. Ebi memang menjadi salah satu makanan yang diminati oleh masyarakat Singkawang."Ciri khas rujak ini ada pada ebi dan kacang yang digunakan lebih banyak, orang Singkawang suka ebi," ucapnya.Dengan cekatan, A Kian mengulek bumbu rujak dan mengaduknya dengan buah-buahan yang telah dipotong. Salah satu rujak yang banyak dicari adalah rujak mangga.Rujak mangga dibuat dari mangga muda yang diiris kecil-kecil dan dicampurkan dengan bumbu rujak dan ebi. "Biasanya rujak mangga dicari karena ada ebi ini," ucapnya.Selain mangga rujak terdapat juga rujak buah dan rujak pecel. Rujak buah terdiri dari buah mangga, nanas, bengkuang, timun, pepaya dan ubi.
Komentar
Posting Komentar