Rujak Rencong
Disebut apakah potongan buah yang dimakan sambil mencocol bumbu kacang manis pedas? Ya, Anda mungkin mengenalnya dengan rujak. Orang-orang di Tanah Rencong mengenalnya dengan nama lincah.
Selain tampilannya, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bumbu lincah ala Aceh pun berbeda dari rujak yang Anda kenal pada umumnya. Misal, jika rujak menggunakan gula jawa, maka lincah menggunakan gula aren.
Selain itu, lincah juga diolah dengan asam belimbing, garam, dan cabai. Buah yang diolah menjadi bumbu terdiri dari rumbia, dan pisang monyet.
Beberapa daerah di Aceh memiliki ciri rujak tersendiri. Berikut beberapa di antaranya yang populer di kalangan masyarakat Aceh.
Di Pidie, rujak yang jadi penganan khas disebut lincah busu. Anda dapat menemukan penjajanya di banyak tempat di penjuru Kabupaten Pidie, salah satunya kedai lincah busu milik Pak Mustafa di Kecamatan Indra Jaya.
Lincah busu berbeda dengan rujak biasa. Berbagai buah-buahan segar dicincang kecil lalu diaduk bersama bumbu rujak dalam sebuah cobek raksasa. Cobek spesial itu terbuat dary batang tarok dan didatangkan langsung dari kawasan Tangse, Aceh. Biasanya pemilik warung rujak akan menggantinya setiap tahun.
Menurut penjaja rujak, Pak Basma, dalam satu hari ia mengaduk rujak lebih dari 15 kali. Pasalnya, rujak ini laris-manis. Dibanderol Rp5 ribu seporsi, tamu dapat menikmatinya sambil memandang hamparan sawah hijau dan mendengar suara air mengalir di sekitar warung.
Masyarakat di kawasan Blang Bintang, Aceh Besar juga mengenal rujak serupa lincah busu. Rujak tersebut adalah menu utama di Rujak Aceh Blang Bintang, yang terletak tak jauh dari kompleks bandara, tepatnya di Jalan Bandara Lama.
Layaknya rujak lain, rujak Aceh Blang Bintang terdiri dari beragam buah. Ada mangga muda dan matang, kedondong, ketela, nenas, mentimun, pepaya mengkal, jambu, dan pisang batu. Bedanya rujak ini menggunakan buah batok dan rumbia, dua buah khas Aceh.
Beralih ke Bireuen, masyarakat lokal menggemari rujak manis atau lincah mameh Kutablang. Di Kutablang ada banyak penjaja lincah mameh, salah satunya Pak Guru yang memasang plang "Rujak Manis Kuta Blang, Tidak Dijual Di Tempat Lain" di depan kiosnya.
Berbeda dengan lincah busu, rujak ini wujudnya lebih menyerupai minuman ketimbang makanan. Warnanya kekuningan, berasal dari sari potongan buah mangga, sawo, mentimun, dan berbagai buah lain.
Rasanya yang menyegarkan membuat lincah mameh juga jadi menu favorit untuk berbuka puasa. Dalam sehari, kedai rujak manis di simpang Kutablang, Bireuen bisa menghabiskan dua drum besar racikan rujak manis yang dijual seribu Rupiah per bungkus.
Jika berniat meraciknya sendiri, Anda bisa mengikuti resep ini. Cukup sedia bengkuang, mangga muda, nanas, mentimun, jambu air, kweni, wortel, sawo. Untuk kuah rujak, Anda perlu cabai rawit, gula pasir, garam, jeruk nipis, dan kacang tanah.
Komentar
Posting Komentar